24 January 2010

Polisi Israel Serang "Marbot" Masjid Al-Aqsha

Lagi-Lagi kebiadaban Zionis Israel laknatullah....

Polisi pendudukan Israel pada Jumat pagi kemarin (22/1), secara brutal menyerang salah satu penjaga Masjid Aqsha sewaktu 'marbot' tersebut sedang bertugas, menurut sumber-sumber lokal.

Muhannad Idris (25 tahun) sedang bertugas ketika unsur-unsur dari kepolisian pendudukan Israel mulai memprovokasi dirinya. Akibat provokokasi dari polisi Israel, akhirnya Idris terlibat cek cok dengan beberapa polisi tersebut, namun setelah itu sejumlah polisi pendudukan memukuli Idris tanpa belas kasihan.

Akibat dikeroyok dan dipukuli Idris menderita luka-luka di seluruh tubuhnya, kemudian ia dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan.

Polisi pendudukan Israel, secara rutin pada setiap hari Jumat, melakukan inspeksi di sekitar kota tua dan berjalan-jalan menuju Masjid Aqsha sebelum para jamaah dari umat Islam menuju mesjid untuk melaksanakan shalat Jum'at.

Pihak zionis Israel telah melarang para jamaah dari Tepi Barat memasuki Yerusalem dan memasuki Masjid al-Aqsha. Hanya jamaah yang berumur lebih dari 50 tahun dibebaskan dari aturan kejam ini.(fq/pic)

Sumber Eramuslim

20 January 2010

Erdogan, Chavez, dan Zuma akan Pimpin Konvoi untuk Gaza

Perdana Menteri Turki Recep Tayyep Erdogan, Presiden Venezuela Hugo Chavez, dan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma berencana akan ikut serta dan memimpin konvoi internasional untuk Gaza yang rencananya akan mulai bergerak pada Maret nanti.

Dhiya Jad, juru bicara Gerakan Internasional untuk Melawan Globalisasi Amerika dan Zionis, mengatakan jika ketiga pemimpin negara itu akan bergabung dengan konfoi pada bulan Maret mendatang.

Ketiganya juga berencana untuk ikut serta dalam konvoi internasional untuk Gaza lainnya, yaitu Gaza Without Limit yang akan bertolak pada April berikutnya.

Jad mengatakan, pihaknya telah mendapatkan konfirmasi akan keikutsertaan ketiga pemimpin negara itu dari Dewan Rakyat Palestina yang bertugas menyambut tamu internasional yang datang ke Gaza.

Ditambahkannya, ketiga tokoh itu akan ikut menaiki kapal laut yang membawa serta beberapa bantuan kemanusiaan untuk rakyat Gaza. (ags/srq)

(Sumber Eramuslim)

Pasukan Israel Serbu Rumah Pemimpin Hamas di Jenin

Jenin – Infopalestina: Pasukan pendudukan Zionis Israel, Senin malam, menggerebek dua rumah syuhada Palestina di kamp pengungsi Jenin. Mereka juga menginterogasi seorang kader Gerakan Perlawanan Islam Hamas di rumahnya di desa Burkin, dekat Jenin, hari ini.

Pasukan penjajah Zionis Israel, kemarin malam, menyerbu kamp pengungsi Jenin di tengah-tengah tembakan bom suara dan gas air mata. Mereka menyerbu dua rumah milik syuhada Palestina di Jenin, Ashraf al-Saadi dan Kamal Hossam Toubasi. Mereka merusak isi rumah dan melepaskan tembakan gas air mata di dalam rumah Toubasi hingga mencederai Islam Toubasi (17 tahun ), saudara Kamal Toubasi, dengan luka bakar di bahunya. Korban langsung dilarikan ke rumah sakit pemerintah Khalil Sulaiman di kota Jenin.

Para saksi mata mengatakan pada hari Selasa (19/1), pasukan penjajah Zionis Israel mengepung rumah Syaikh Ali Atiq (50 tahun), imam Masjid Agung di kota dan walikota Burkin dari fraksi "Perubahan dan Reformasi”. Mereka marah-marah, menggeledah dan menginterogasi Syaikh Atiq namun tidak ditangkap. Syaikh Atiq adalah salah seorang tokoh Islam terkemuka di Jenin, anaknya (Ahmad Atiq) gugur di tangan penjajah Zionis Israel. (asw)

Hamas dan Jihad Bertemu Bahas Perkembangan Terakhir Palestina

Gaza – Infopalestina: Gerakan Hamas dan Jihad Islam pada hari Senin malam (18/1), mengadakan sebuah pertemuan penting untuk membahas isu-isu tentang perkembangan terakhir di Palestina, terutama tentang rekonsiliasi yang disponsori oleh Mesir.

Pertemuan ini dihadiri oleh Dr. Khalil Hayya (anggota Biro Politik Hamas), Ayman Taha (jurubicara Hamas) danJamal Abu Hasyim (petinggi Hamas). Sementara dari Jihad Islam dihadiri petinggi gerakan seperti Dr. Mohammed al-Hindi, Syeikh Nafez Azzam dan Syekh Khaled al-Batsh.

Dr Khalil al-Hayya, dalam pernyataan pers hari Selasa (19/1), mengatakan bahwa pertemuan ini membahas perkembangan terakhir masalah rekonsiliasi Palestina. Dia mengatakan, "Kami mengadakan pertemuan secara terus-menerus dengan level tertinggi gerakan Jihad Islam. Kami bertemu dengan Jihad berdasarkan proyek Islam kami. Kami mengusung bersama program perlawanan. Dari situ kami tidak terputus mengadakan pertemuan untuk membahas, bermusyawarah  dan saling memberi nasehat pada hal-hal yang membatu kepentingan bangsa Palestina pada umumnya, dan hubungan dua geakan pada khususnya."

Hayya menambahkan bahwa "pertemuan kemarin di Gaza, memperkuat untuk mendukung rekonsiliasi Palestina - Palestina sampai pada mengakhiri perpecahan yang dialami rakyat Palestina."

Dalam konteks yang sama, , pemimpin Jihad Islam Nafez Azzam mengatakan, "Pertemuan ini termasuk dalam kerangka kontak antara faksi-faksi Palestina untuk membahas situasi di Palestina."

Dia menambahkan, "Kami pada pertemuan ini membahas lebih dari satu tema. Kami berbicara tentang rekonsiliasi, agresi Israel yang terus berlanjut terhadap rakyat Palestina, tindakan-tindakah terakhir mengenai apa yang disebut "proses kompromi", dan juga membahas masalah hubungan dua gerakan (Jihad dan Hamas)."

Anggota Biro Politik Jihad Islam ini menyatakan bahwa gerakan Hamas menjelaskan kontak-kontak terakhir yang dilakukan gerakan dan kunjungan delegasinya ke beberapa negara Arab. Dalam pertemuan juga dibahas hubungan dengan Mesir dan berbicara tentang sarana untuk mengatasi ketegangan terakhir yang terjadi dengan Mesir. (asw)

15 January 2010

BaRdawil: Hamas Siap Tandatangani Draft Mesir

Gaza-Infopalestina: Pemimpin gerakan perlawanan Hamas, DR. Shalah Bardawil mengatakan, pihaknya percaya dengan rekonsiliasi yang dibangun di atas prinsip nasional, bukan atas kepentingan Barat dan Zionis.

Pernyataan ini diungkapkan Bardawil saat seminar di rumah Sakit Al-Karomah Gaza, Kamis (14/1) tentang pelayanan kesehatan. Ia mengatakan, “Saat ini kita menyaksikan, kawasan mengalami perubahan politik yang siginifikan. Amerika dan Eropa memandang Hamas sangat berbahaya. Bukan karena ia suatu partai politik oposan tetapi lebih karena sebagai gerakan Islam yang dibangun di atas pilihan Islam sebagai solusi dalam berinteraksi dengan bangsa barat. Sementara Hamas siapa tanda tangani drfat rekonsiliasi dari Mesir sepanjang ada jaminan lindungi prinsip dan hak Palestina.

Amerika dan Eropa punya tujuan setrategis untuk melanggengkan penjajahanya di kawasan Timteng, sebagai sisa-sisa kolonialisem masa lampau. Selain itu, untuk merealisasikan sejumlah agenda politik yang bertujuan meyahudian wilayah Arab. Sementara itu Hamas menghadapi gelombang serangan dari berbagai arah. Namun yang paling menyedihkan adalah apa yang dilakukan pejabat Ramallah yang menjadikan kedubes Palestina di luar negeri sebagai alat provokasi terhadap Hamas dan pemerintahanya.

Bardawil melanjutkan, suatu ketika, menteri luar negeri pada preode pemerintahan persatuan nasional, Ziyad Abu Amer pernah bertanya kepada coordinator bidang luar negeri Uni Eropa, Javier Solana, “Kenapa blockade tidak dicabut dari pemerintahan Palestina. Ia menjawab, mana mungkin kami mencabut bokade, sebab Abbas sendiri yang meminta kami untuk melanjutkan blockade tersebut, karena Hamas katanya diambang kejatuhan.

Terkait dengan sikap Turki, Bardawil mengungkapkan, ada upaya internasional untuk memblow up masalah Palestina. Karena hakikat penjajahan Israel telah terbongkar yaitu, pembantaian terhadap anak-anak, wanita dan warga sipil. Sikap Turki sangat berani yang menggambarkan keaslian tabiat pemerintahnya dan rakyat Turki. (asy/infopalestina)

13 January 2010

Mish'al: Kami tidak berada di saku Iran atau Suriah! (wawancara)

*Manamah – infopalestina*; -Kedatangan Kepala Biro Politik Hamas, Khalid
Mish'al ke Bahrain untuk menemui Raja Syeikh Hamd bin Isa al-Khalifah
sangat mengejutkan semua pihak, baik politikus maupun para wartawan.
Karena orang ini sangat hati-hati dan menyembunyikan pergerakan serta
perpindahannya dari satu tempat ke tempat lain karena persoalan keamanan
semata. Kalau tidak demikian akan membahayakan dirinya, karena ia salah
satu orang yang akan diancam bunuh oleh pihak 'Israel'. Kita masih ingat
upaya pembunuhan Mish'al pada tahun 1997 yang dilakukan oleh antek-antek
Mossad. Upaya pembunuhan yang gagal itu mengakibatkan mendiang Raja
Yordania, Raja Husein marah besar dan memaksa pelakunya harus mengobati
korbannya hingga sembuh.

Jadwal acara kunjungan ini juga "rahasia" jauh dari pantauan media
massa. Tak ada ceramah dan konfrensi pers yang digelar. Sampai media
lokal juga susah untuk mengadakan wawancara dengan Mish'al walaupun ada
isyarat untuk itu. Hanya harian /al-Rai/ Kuwait yang bisa memperoleh
kesempatan tersebut.

Seperti biasanya, Mish'al menyambut kami sebagai wartawan dengan senyum
yang ramah. Wawancara "panas" dengan beliau dilakukan di tengah malam,
bersamaan waktu sahur bersama hidangan ala kadarnya di lemari es yang
ada di kamarnya.

Kami berbicara dengan orang yang tahu betul seluk beluk gerakan Hamas
yang kini menguasai Jalur Gaza dan kemungkinan di hari-hari mendatang
akan bentuk hubungannya dengan Otoritas Palestina (OP), Arab,
negara-negara di wilayah Timur Tengah dan dunia internasional.

Mish'al menegaskan bahwa "Pihak-pihak media Palestina berupaya
memperburuk citra kami dan negara-negara yang berperan menjadi mediator
mulai mengungkap sebuah fakta." "Yang penting buat kami adalah
terwujudnya kemaslahatan," lanjutnya sambil menekankan bahwa "Pencarian
semua kasus tanpa ada unsur dendam adalah cukup untuk membuktikan hal itu."

Menjawab sebuah pertanyaan, Mish'al menyatakan bahwa "Siapa yang ingin
menghormati legalitas kepala OP, maka ia harus juga menghormati
legalitas dewan legislatif." Dari sisi lain, Kepala Biro Politik Hamas
ini menegaskan "Kami tidak berada di saku Suriah ataupun Iran, kami
tidak menerima siapapun yang mencampuri urusan dalam negeri kami." "Bagi
Hamas siapa yang menang dalam pemilu presiden nanti tidak menjadi soal.
Walau demikian, kami siap berinteraksi dengan perubahan obyektif dalam
politik Amerika yang menghormati kehendak bangsa di wilayah Timur Tengah
dan memperkecil keberpihakannya kepada Zionis 'Israel'," tegas Mish'al
kembali. Berikut teks wawancara secara lengkap:

Hari ini Anda berkunjung ke Bahrain, dan sebelumnya ke sejumlah negara
Arab lainnya, misi apa yang ingin Anda sampaikan kepada para pemimpin
Arab yang Anda temui tersebut?

Pertama, kami sangat konsen dengan melakukan kontak dan interaksi di
level pimpinan Arab, dunia Islam dan dunia internasional. Adapun
persoalan yang kami bahas disini (Manamah), dan mayoritas dalam
kunjungan kami di negara-negara Arab lainnya, mencakup banyak masalah,
khususnya mengenai blokade Gaza dan bagaimana cara membebaskannya.
Persoalan rekonsiliasi nasional juga kita bahas. Terus terang, dari hari
ke hari, kami menemukan upaya penyesatan oleh sebagian pihak tentang
sikap Hamas yang sebenarnya tentang rekonsiliasi Palestina. Dengan
interaksi ini, kami ingin berupaya meluruskan kondisi dan mengungkap
fakta kepada saudara-saudara Arab. Terutama setelah pembicaraan yang
terjadi di tengah-tengah konfrensi menteri luar negeri Arab dan tudingan
ke sebagian orang Palestina sebagai pihak yang bertanggungjawab atas apa
yang tengah terjad di internal Palestina. Oleh karena itu, kami berupaya
mempertegas sikap kami kepada semua pihak bahwa kami bersama
rekonsiliasi Palestina hakiki berikut tuntutan-tuntutannya.

Kami juga berdiskusi dengan mereka (pemimpin Arab) tentang perundingan
damai antara Palestina dan 'Israel' dengan menekankan pada pengungkapan
sikap 'Israel' yang sebenarnya. Semua janji dan pernyataan-pernyataan
sumbang yang diperdengarkan kepada orang-orang Arab, mengandung tipu
muslihat semata. 'Israel' secara terang-terangan menolak berkompromi
dengan empat agenda utama dalam perundingan. Empat agenda itu adalah
masalah status kota Al-Quds, hak kembali, pembongkaran permukiman Yahudi
dan penarikan pasukan dari wilayah-wilayah yang Yahudi jajah tahun 1967.
Kami sampaikan kepada mereka dengan angka secara rinci. Realitanya,
'Israel' jika menerima usulan pertukaran tawanan maka 50% luas Tepi
Barat dibawah kontrolnya. Ini sangat bahaya sekali.

Kami sangat yakin bahwa saudara-saudara Arab tidak akan memberikan
payung apapun untuk perundingan yang melanggar hak dan pondasi nasional.
Tak ada satupun seorang pemimpin Palestina yang bisa memberikan payung
untuk perundingan seperti ini. Sementara di pihak kami, kami tidak akan
menerima apapun perundingan yang bertentangan dengan apa yang sudah
disepakati dan setujui oleh para faksi dalam dokumen konsensus nasional.

OP dibawah pimpinan Mahmud Abbas biasanya berhasil dalam merangkul dan
menyatukan sikap politik resmi pemimpin Arab untuk berpihak kepadanya,
begitu juga sikap Liga Arab yang terakhir. Anda selalu mengartikan itu
semua sebagai sebuah tekanan dari Amerika. Namun pada akhirnya, inilah
realita. Menurut Anda apakah gerakan Anda bisa menghadapi realita tersebut?

Kami tidak menilai bahwa pimpinan OP bisa menggiring pemimpin Arab
kepada sikapnya. Begitu juga tidak semua sikap Arab satu, beragam.
Bangsa Arab, seperti yang Anda ketahui adalah terdiri dari banyak negara
dan kebijakan yang bermacam-macam. Kami selalu mengadakan kontak dengan
negara-negara Arab itu. Dan sudah barang tentu negara-negara Arab ini
mendengarkan dari kami dan dari orang lain. Kami juga tidak memungkiri
banyaknya pengaruh, tapi persoalannya, pada akhirnya, tidak tertumpuh
pada faktor penekan satu saja. Kami memiliki sejumlah catatan dan
kecaman atas beberapa pernyataan Arab yang dikeluarkan sambil menuding
orang-orang Palestina sebagai yang bertanggungjawab. Kami carikan jalan
keluar dari masalah ini dengan melakukan kontak hubungan dengan orang
lain dan menampilkan pandangan yang kami usung dalam persoalan
rekonsiliasi. Menurut keyakinan saya, negara-negara Arab yang masuk
dalam garis rekonsiliasi sejak setahun ini, mengetahui sikap Hamas yang
sebenarnya dari rekonsiliasi ini. Mereka tahu bahwa Hamas lah yang
membuka pintu rekonsiliasi dan mendorong negara-negara tersebut untuk
mengupayakan secara sungguh-sungguh dan menjadi mediator dalam masalah ini.

Negara-negara ini juga tahu benar siapa penyebab utama yang ingin
menjegal rekonsiliasi, baik faktor eksternal maupun internal. Maka
dengan itu, kami tidak terlalu was-was akan karakter dari sikap pemimpin
Arab. Terus terang, saya terus melakukan kontak hubungan dengan para
pemimpin dan pejabat Arab. Gambarannya tidak seperti yang digambarkan
oleh media massa dengan menggambarkan bahwa sejumlah pimpinan OP
berhasil menggaet sikap pemimpin Arab. Ini hanya sebatas keinginan
sebagian dari mereka. Hari-hari ini, menurut keyakinan saya, kesadaran
semua orang sangat tinggi dan mulai tahu fakta yang sebenarnya. Walaupun
tidak harus dinyatakan dengan pernyataan yang transparan. Walau
demikian, kami tidak cukup berhenti di masalah-masalah ini saja. Karena
pada akhirnya yang kami inginkan hanya satu saja yaitu tercapainya
dialog nasional, terwujudnya rekonsiliasi dan persatuan nasional serta
melangkah jalan ini secara serius. Hamas, sejak Juni 2007 telah
menyatakan kesiapan dan persiapan untuk itu. Jika ada pihak lain yang
sudah matang dan siap, maka mereka akan mendapatkan kami siap memberikan
berbagai harapan. Tapi dengan syarat rekonsiliasi ini sungguh-sungguh
dan tidak main-main yang mencakup semua agenda dan tuntutan Palestina
agar kita bisa merealisasikan islah yang sebenarnya antara Fatah dan
Hamas hingga sampai kepada semua faksi perlawanan Palestina lainnya.

Bagaimana Anda akan menghadapi sikap negara-negara Arab seperti
Yordania, Mesir dan Arab Saudi yang secara terang-terangan mendukung
legalitas Abbas. Anda juga tentu tahu bahwa tak ada islah yang bisa
direalisasikan kecuali mendapatkan ketok palu dari negara-negara tersebut?

Kami di Hamas tidak mempermasalahkan tentang legalitas kepemimpinan
Abbas di OP selama itu dihasilkan dari hasil pemilu. Bagi kami tidak ada
masalah jika negara-negara Arab tadi bersama pimpinan OP. Tapi apa yang
selalu kami sampaikan kepada negara-negara dan kami ulang-ulangi sejak
setahun lalu, bahwa harus diperhatikan interaksi dengan semua
lembaga-lembaga legal Palestina. Seperti kepala OP yang dipilih itu
legal, begitu juga DPR Palestina legal. Hal yang sama berlaku pada
setiap lembaga dan jabatan politik Palestina yang legalitasnya
bergantung pada pemilihan dan hukum yang berlaku, maka semua pihak harus
menghormatinya.

Kemudian tidak benar bahwa ketiga negara Arab yang Anda sebutkan tadi
memblok kepada salah satu pihak dan tidak menerima pihak yang lain.
Negara-negara Arab tadi berikut yang lainnya tidak semuanya pada sikap
yang satu. Disana banyak sikap yang berbeda antara negara satu dengan
lainnya. Kami menghormati setiap sikap yang ada walaupun kami berbeda
dengannya. Juga, negara-negara itu berhak menentukan kebijakannya
masing-masing. Jika kita sampai pada titik rekonsiliasi yang hakiki,
orang-orang Arab itu akan tahu siapa yang sebenarnya bersama
rekonsiliasi dan siapa yang melawannya. Walau demikian saya tetap
berharap agar rekonsiliasi ini berhasil dan semua pihak menganggapnya
positif. Kami selalu merespon dengan semua upaya Arab yang serius dalam
soal rekonsiliasi ini. Kami tanda-tangani kesepakatan Kairo tahun 2005,
di Mekkah tahun 2007 dan di San'a tahun 2008, sebagaimana yang kami
lakukan sebelumnya. Hari yang akan datang kami akan terus melanjutkan
dalam mensukseskan rekonsiliasi Palestina ini. Inilah tujuan kami jauh
dari semua intrik-intrik yang lain.

Pembicaraan Anda tentang lembaga-lembaga formal mengingatkan saya dengan
"pembantaian" yang terjadi dan yang akan terjadi pada UUD dalam situasi
perpecahan antara Gaza dan Ramallah dimana masing-masing pihak
menafsirkan hukum sesuai kehendaknya sendiri-sendiri. Dimulai dari
legalitas pembentukan pemerintahan hingga ke konstitusional perpanjangan
masa kekuasaan kepala OP dan pembubaran DPR serta yang lainnya. Bentuk
perundingan hukum apa bagi perbedaan-perbedaan seperti itu berikut
hasil-hasilnya jika nanti Anda duduk bersama di meja perundingan?

Sesuai jabatan, tanggungjawab dan keyakinan saya bahwa perlu sekali
fokus pada hal yang nampak dan terlihat. Saya tidak peduli dengan
rincian-rincian yang ada di dalam masalah ini atau masalah lainnya. Bagi
saya yang paling mendasar adalah dua masalah, pertama UUD Palestina
harus dihormati dimana setiap orang tidak keluar dari koridor ini
walaupun memiliki interpretasi masing-masing. Pada akhirnya disana ada
UUD, maka semua pihak harus menghormatinya dan komitmen menjalankannya
karena ia sebagai hakim antara semua elemen masyarakat Palestina. Jika
tidak, maka akan terjadi kekacauan. Kedua, untuk solusinya di tanah
Palestina harus berdasarkan pada kaidah rekonsiliasi dan konsensus
nasional. Dengan itu, semua masalah akan berjalan dengan baik. Tanpa
itu, kita akan terjerumus dalam tarik ulur dan kekacauan yang akan
berakibat negatif bagi bangsa dan rakyat Palestina itu sendiri.

*Hamas dan Iran*

Sejumlah pihak di Palestina, bahkan negara-negara Arab, menuduh Anda
condong kepada politik Iran di wilayah Timur Tengah ini sebagai imbalan
atas bantuan politik dan dana yang diberikan kepada gerakan Anda, apa
komentar Anda?

Hubungan kami dengan Iran bukan berdasarkan pada hubungan antar
negara-negara Arab. Hamas, sejak berdiri tahun 1987 tetap menjaga
hubungan baik dengan semua negara Arab. Dalam waktu singkat hubungan
baik itu terjadi antara kami dengan Kuwait, Iraq, Arab Saudi, Sudan,
Yaman, Afrika bagian utara, negara-negara Teluk, Suriah dan Iran.
Negara-negara ini sangat menjaga untuk menjauhi bentuk-bentuk negatif
yang negara lain sempat terjebak didalamnya, seperti memblok atau campur
tangan dalam soal orbit. Semua pihak menyaksikan bahwa mereka tidak
pernah campur tangan dalam krisis-krisis Arab, ataupun dalam problem
dengan negara Arab manapun, baik negara itu sebagai teman ataupun lawan.
Saya katakan lawannya karena Hamas tidak memusuhi siapapun. Kami terus
akan mengetuk pintu semua saudara Arab karena dorongan emosional Arab.
Tapi apa yang akan bisa kami lakukan jika sebagian negara tersebut ada
yang tidak menyambut ketukan kami itu. Seperti pepatah Mesir yang
mengatakan;"Cinta itu tidak datang dari satu pihak saja."

Gerakan Hamas, seperti mereka tidak ikut campur tangan orang lain,
gerakan ini juga tidak mengizinkan kepada siapapun untuk campur tangan
dalam urusannya. Dan menurut keyakinan saya, negara-negara Arab itu
termasuk pihak yang lebih tahu tentang hal itu. Hamas, walaupun memiliki
hubungan erat dengan Iran namun tidak berada di sakunya. Begitu juga,
Hamas tidak berada di dalam saku Suriah. Hubungan kami tetap berjalan
dengan semua pihak berdasarkan pada kaidah saling menghormati. Kami
terus menjaga keseimbangannya dan keseimbangan regional wilayah Timur
Tengah serta kemaslahatan bangsa Arab secara menyeluruh. /(AMRais/

Hamas: Freemansonry Serukan untuk Mempercepat Penghancuran Al-Aqsha

Departemen wakaf dan agama pemerintahan Hamas Palestina di jalur Gaza
memperingatkan bahwa ada kelompok-kelompok ekstrimis Freemasonry yang
beroperasi secara rahasia di Amerika, dengan memberikan tekanan yang
kuat untuk mempercepat penghancuran Masjid Al-Aqsha.

Peringatan ini datang setelah bocornya rencana rahasia kelompok-kelompok
masonik Amerika yang ingin menghancurkan dan membongkar masjid Al-Aqsha
secara maksimum - dari apa yang mereka sebut sebagai rahasia dari "Segel
Sulaiman."

Dalam sebuah pernyataan yang diterima IOL, pada hari Selasa kemarin
(12/1) Menteri Wakaf di Gaza, Dr Talib Abu Sha'ar mengatakan:
"Kelompok-kelompok Masonik ini telah melakukan penetrasi ke Amerika
lewat orang Amerika sendiri, dan hal itu menunjukkan ritual agama mereka."

Freemasonry mendefinisikan dirinya sebagai gerakan spiritual yang
membutuhkan "kemajuan manusia", tapi gerakan ini telah banyak mendapat
kritikan di banyak negara; sebagai akibat dari kerahasiaan kegiatan
mereka, mereka dituduh sebagai gerakan terbesar yang berjuang untuk
pemikiran agama yang sekuler, untuk alasan tersebut gerakan ini telah
dilarang di dunia islam dan Universitas Islam Al-Azhar telah
mengeluarkan fatwa Haram keberadaannya di Mesir.

Mengutip surat kabar Washington Post baru-baru ini - menginformasikan
bahwa sumber-sumber AS mengatakan bahwa kelompok-kelompok ekstremis
Yahudi Freemasonry, yang beroperasi secara rahasia di Amerika Serikat,
telah memberikan tekanan yang kuat untuk mempercepat penghancuran Masjid
Al Aqsha.

Menteri Wakaf menyatakan bahwa kelompok-kelompok ekstremis Freemasonry
telah menyatakan lebih dari sekali melalui berbagai media bahwa masjid
Al-Aqsha akan dihancurkan segera, dan ia menyerukan kepada seluruh
bangsa Arab dan umat Islam serta pemerintah negara-negara Islam di dunia
untuk peduli terhadap masalah ini.(fq/iol)

Sumber : Eramuslim

Raed Salah: 2010 Tahun Kritis Bagi Al Quds dan Al Aqsha

Ketua Gerakan Islam di wilayah Palestina yang diduduki Zionis tahun
1948, Syekh Raed Salah, menolak keputusan pemerintah penjajah Israel
yang melarangnya memasuki kota Al Quds selama enam bulan.

Dia mengingatkan bahwa eskalasi keputusan pengusiran yang dikeluarkan
penjajah Israel terhadap para pembela kota Al Quds dan Masjid Al Aqsha
akan membuat tahun 2010 menjadi tahun kritis, gawat dan sangat
menentukan bagi nasib kota Al Quds dan masjid Al Aqsha masa kini dan
masa depan.

Hari Senin (11/1) yang lalu, Syekh Raed Salah menerima surat perintah
militer yang intinya melarang dirinya memasuki seluruh kota Al Quds
selama enam bulan. Surat perintah itu dilampiri peta berwarna yang
menjelaskan batas-batas wilayah yang dilarang dimasuki. Surat perintah
itu diserahkan hanya beberapa jam sebelum berakhirnya surat perintah
sebelumnya yang melarang Syekh Salah memasuki kota Al Quds selama tiga
minggu. Surat perintah militer yang baru ini menyatakan bahwa penjajah
Israel bermaksud memperpanjang larangan untuk periode enam bulan.

Mengomentari keputusan pengusiran dirinya dari Al Quds, Syekh Salah
mengatakan, "Kami akan tetap mempertahankan hak tetap kami untuk
memasuki kota Al Quds setiap saat tanpa izin dari siapa pun." Dia
memperingatkan bahwa "bukti-bukti yang dikumpulkan menegaskan bagi semua
orang yang berakal bahwa 2010 akan menjadi tahun kritis, gawat dan
sangat menentukan nasib kota Al Quds dan masjid Al Aqsha masa kini dan
masa depan. Terutama jika dikaitkan perintah-perintah penjajah yang
batil ini dengan serangan-serangan dan permusuhan penjajah, yang hari
ini menginginkan yahudisasi kota Al Quds dan melanjutkan rencana
destruktifnya terhadap Masjid Al Aqsha."

Dalam pernyataan sebelumnya Syekh Salah mengatakan dia "mengkhawatirkan
Al Aqsha akibat kebijakan gila Benjamin Netanyahu, perdana menteri
Israel ." Menurut para pakar hukum Palestina, langkah Israel yang
terus-menerus menerapkan kebijakan pendeportasian dan pengusiran, yang
mulai muncul pada tahun 2007 dan meningkat pada tahun 2009, memberikan
peringatan bahwa penjajah sedang mencoba mengosongkan sekitar Al Aqsha
dan Al Quds dari para pembelanya, sebagai langkah pendahuluan untuk
melaksanakan rencana-rencananya di sana, baik itu yahudisasi Al Quds,
penghancuran masjid Al Aqsha dan pembangunan kuil yang mereka klaim
sebagai gantinya, atau membaginya (Al Aqsha) antara orang Yahudi dan
Palestina.

Sementara itu, pengacara Zahi Nujidat, juru bicara Gerakan Islam di
wilayah Palestina 1948, dalam sebuah pernyataannya mengatakan,
"Keputusan penjajah Israel yang memperpanjang perintah militer yang
melarang Syekh Raed Salah, ketua Gerakan Islam, untuk memasuki kota Al
Quds, tidak lain adalah sebuah refleksi ketidakadilan yang terus
dilakukan (Zionis)."

Nujidat mengatakan, "Keputusan Israel itu batil. Karena kehadiran
penjajah di Al Quds adalah batil. Dan apa yang dibangun di atas
kebatilan adalah batil. Dari sini kami katakan, Syekh Raed Salah berhak
untuk memasuki kota Al Quds ketika kapan dia mau."

Dalam kalimat yang ditujukan kepada penjajah Israel , Nujidat
mengatakan, "Ketahuilah bahwa perintah militer kalian dan pengadilan
boneka kalian tidak akan membuat kami gentar dan tidak akan bisa
mencegah kami untuk terus berhubungan dengan Al Quds, masjid Al Aqsha
dan warga kami di Al Quds."

Sementara dalam kalimat yang ditujukan kepada umat Islam dan dunia Arab,
Nujidat meminta mereka agar tetap mengikuti perkembangan yang terjadi di
Al Quds dan Al Aqsha dan membela keduanya.

Tahun lalu kita menyaksikan eskalasi serangan Israel di kota Al Quds dan
masjid Al Aqsha dalam cara-cara yang belum pernah terjadi sejak
pendudukan tahun 1967. Hal inilah yang mendorong beberapa organisasi HAM
Palestina menyerukan umat Islam menentang dan melawan rencana yahudisasi
yang dilakukan Zionis Israel . (iol/wrs/fn)

Sumber Eramuslim

12 January 2010

Hamas: Keputusan Israel Bukti Tembok Baja Tak Berhubungan dengan Keamanan Mesir

Gaza – Infopalestina: Gerakan Perlawanan Islam Hamas menegaskan bahwa keputusan Zionis untuk membangun tembok penghalang elekronik di perbatasan dengan Mesir; membuktikan bahwa pembangunan "tembok baja" di sepanjang perbatasan Mesir dengan Jalur Gaza tidak berhubungan dengan keamanan Mesir, tetapi sesuai dengan rencana yang didokumentasikan dan disetujui oleh banyak pihak.

Sami Abu Zuhri, juru bicara Hamas dalam sebuah pernyataan khusus kepada koresponden Infopalestina hari ini, Senin (11/1), mengatakan, "Jika tembok baja merupakan keputusan Mesir, maka semestinya dibangun di sepanjang perbatasan dengan penjajah Zionis Israel bukan di sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza."

Pemerintah penjajah Zionis Israel dalam sebuah sidang istimewa hari Minggu malam (10/1) menyetujui rencana untuk membangun tembok elektronik dengan teknologi modern di perbatasan Mesir dengan entitas Zionis, secara tidak langsung terhubungan dengan "tembok baja" yang dibangun Mesir di sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza, sebagai langkah untuk memperketat blokade Zionis Israel yang dikenakan pada Jalur Gaza sejak empat tahun lalu.

Sumber-sumber media Zionis menyatakan bahwa Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu telah mengambil keputusan untuk menutup perbatasan entias Zionis di sebelah selatan untuk melindungi apa yang disebutnya identitas demokratis dan keyahudian entitas Zionis.

Proyek membangun tembok ini menelan biaya sekitar $ 270 juta. Dijadwalkan pembangunan akan selesai dalam waktu dua tahun. Tembok ini akan di bangun sepanjang 266 kilometer, termasuk di dalamnya peralatan modern untuk pengawasan secara terus-menerus dan permenen guna mendeteksi gerakan di sepanjang perbatasan.

Kebijakan pembangunan tembok ini merupakan strategi kedua dalam dalam akal logika negara Yahudi. Di mana Zionis Israel masih terus membangun tembok pemisah rasial di Tepi Barat dan sekitar yang telah menimbulkan kontroversi. Pembangunan tembok ini menghadapi badai kemarahan internasional karena rasisme yang dianut oleh negara penjajah terhadap warga Palestina, dan tembok ini dibangun dengan merampas tanah warga Palestina.

Keputusan Netanyahu ini bertepatan dengan pembangunan tembok baja yang dibangun pihak berwenang Mesir di sepanjang perbatasan Mesir dengan Jalur Gaza untuk menghentikan masuknya komoditas dasar bagi orang-orang yang terkurung sejak empat tahun lalu di Jalur Gaza. (asw)

11 January 2010

Hamas: Israel Takkan Berhasil Tundukan Tekad Rakyat Palestina

Gaza-Infopalestina : Gerakan perlawanan Hamas menegaskan, meningkatkan eskalasi Zionis terhadap Gaza tidak akan berhasil menundukan tekan rakyat Palestina atau mendorongnya untuk menyerah.

Pernyataan ini diungkapkan, jubir Hamas, Sami Abu Zuhri dalam pernyataan persnya, Ahad (10/1/2010). Ia mengatakan, penembakan terhadap tiga warga Palestina tadi malam menunjukan peningkatan eskalasi serangan mereka ke Gaza akhir-akhir ini. Ia menegaskan, target-target Zionis tidak akan mengubah tekad rakyat Palestina atau mendorongnya untuk menyerah.

Dalam pada itu, Abu Zuhri menghimbau masyarakat internasional bertanggung jawab terhadap situasi ini yang bertujuan meledakan situasi kondusif Gaza selama ini.

Sebelumnya, sumber medis Palestina menyebutkan, tidak anggota perlawanan meninggal syahid dan yang lainya terluka, akibat gempuran pesawat tempur Zionis di sebelah timur Der Balah, Jalur Gaza tengah, menyusul  dua korban sebelumnya uang juga meninggal syahid ditembus peluru Zionis di sebelah barat distrik Bet Lahia. (asy)

Galloway: Saya Tidak Akan Menginjak Tanah Mesir Selama-lamanya

*Gaza – Infopalestina:* Anggota parlemen Inggris, George Galloway, ketua
konvoi kemanusiaan "Lifeline 3" yang membawa bantuan ke Jalur Gaza,
menegaskan bahwa rombangannya – setelah 31 hari – "diterima dengan
kegembiraan luar biasa dan disambut penuh sukacita dan kebahaiaan seperi
gunung berapi. Karena warga Gaza melihat kami kemarin sedang
berdarah-darah demi mereka."

Dalam sebuah program "Bila Hudud" (tanpa batas) yang disiarkan televisi
satelit Aljazeera, Rabu malam (6/1), Galloway menyatakan terkejut dengan
tindakan pihak Mesir,"yang menyebabkan anggota konvoi harus dibawa ke
rumah sakit, setelah patah tulang dan mengucurkan darah, bukan karena
apa-apa kecuali karena mereka ingin memberikan obat-obatan dan makanan
untuk orang-orang yang terkepung di Gaza."

Dia menyatakan bahwa sebelumnya pihak berwenang Mesir telah berjanji
untuk mengizinkan mereka masuk Jalur Gaza melalui pelabuhan El Arish.
Tetapi pihak berwenang Mesri ternyata tidak melakukan ini. "Bahkan
mereka mengepung, menahan dan mengkhianati kami," ungkapnya.

Galloway mengecam klaim-klaim Mesir yang mengatakan bahwa semua ini
akibat ulah anggota konvoi. "Tidak mungkin patah tulang dan mengucurkan
darah adalah sesuatu yang disengaja."

Galloway menegaskan bahwa pihaknya sudah meminta kepada pemerintah Mesir
agar tidak menjadikan masalah ada pada mereka, tanpi ada pada Israel.
Namun nyatanya pihak berwenang Mesir bersikeras untuk melakukannya."

Dia menyebut peristiwa ini adalah aib yang memalukan bagi Mesir, yang
tidak mencerminkan denyut jantung warga Arab. Ini karena ulah yang
dilakukan pemerintahnya. Dia yakin, 80% orang-orang Mesir tidak setuju
dengan perlakuan terhadap konvoi kemanusiaan yang dipimpinnya.

Mengenai pernyataan Mesir yang menyatakan bahwa Galloway ingin melakukan
rpovokasi media, dia menyatakan bahwa ini bukanlah konvoi satu-satunya
yang mengalami hal seperti ini. Telah terjadi peristiwa-peristiwa yang
sama terhadap setiap konvoi kemanusiaan yang ingin masuki Gaza
sebelumnya. Dia menegaskan bahwa propaganda yang dilakukan oleh Mesir
melalui kebijakan lebih dari yang diprediksi sebelumnya.

Galloway menganggap Mesir adalah bagian dari pengepungan terhadap
Palestina. Mesir telah memainkan peran pembagian dunia Arab. Dia
mengatakan, "Mereka sedang membangun sebuah (dinding aib) di Gaza karena
alasan politik; karena orang-orang di Gaza memilih dalam pemilu bebas
dan adil, dan ini telah dirampas dari warga Mesir."

Dia menyatakan bahwa konvoi kemanusiaan akan terus datang dari
mana-mana. Seperti konvoi kemanusiaan dari Venezuela yang akan dipimpin
oleh Presiden Venezuela Hugo Chavez, konvoi kemanusiaan dari Afrika
Selatan yang akan dipimpin oleh Presiden Jacob Zuma, dan konvoi
kemanusian dari Malaysia yang akan dipimpin oleh mantan Perdana Menteri
Mahathir Muhammad."

Galloway menyarankan kepada Mesir agar tidak mengulangi apa yang terjadi
pada konvoi kemanusiaan "Lifeline 3" yang dipimpinnya kali ini, terhadap
konvoi yang akan dipimpin Chavez. "Karena itu akan menjadi kesalahan
besar," tegasnya. /(seto)/

Galloway Janji Datang Lagi Ke Gaza Dengan Konvoi yang Baru

Minggu, 10/01/2010 16:09 WIB Cetak |  Kirim

George Galloway, kepala konvoi Lifeline 3, berhasil masuki Gaza Selasa malam (02/01) dan berhasil keluar lagi pada hari Kamis (08/01). Dalam jumpa persnya (09/01) berjanji akan memberi bantuan lebih banyak lagi ke Gaza dan akan kembali ke Gaza dengan konvoi-konvoi yang baru.

"Jika Yang Maha Kuasa memberikan kami kekuatan, maka kami akan kembali lagi ke Gaza dan berusaha sekuat tenaga untuk membebaskan rakyat Gaza dari cengkraman Israel," ungkap George Galloway di hadapan semua wartawan.

George Galloway juga mengatakan, Lifeline 3 akan melanjutkan perjalannya ke berbagai negara seperti Malaysia, Venezuela dan Afrika Selatan, demi menggalang dukungan dunia untuk Gaza. Setelah ini, Presiden Venezuela Hugo Chavez akan memimpin Lifeline 4 yang mendapat dukungan langsung dari presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma dan Mantan Perdana Mentri Malaysia, Mahathir Muahmmad.

Ia juga mengunggkapkan kekecewaannya kepada pemerintah Mesir karena sebanyak 48 unit Mobil yang dibawanya ditahan dengan alasan tidak sesuai dengan persyaratan memasuki Gaza, padahal pihaknya dan pemerintah Mesir sudah menyepakati peraturan ini.

Pada acara "Bilâ Hudûd" di stasiun televisi aljazeera, Rabu sore lalu, George Galloway mengatakan Ia merasa di “tipu” oleh pemerintah Mesir dengan melanggar persyaratan memasuki Gaza dan telah melenceng dari kesepakatan semula.

"Sekarang saatnya untuk mengubah pemerintahan Mesir dan kebijakan pemerintahnya. Layanan mereka sungguh tidak baik kepada kami," tukasnya.

Galloway juga mengkritik dinding baja yang dibangun oleh Mesir di sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza. Ia menyatakan bahwa pembagunan tembok baja tersebut akan mencekik rakyat Palestina di Jalur Gaza.

Ia pun menegaskan, "Gerakan Hamas adalah gerakan yang besar yang bisa membebaskan rakyat Palestina dari cekraman Isreal. Karena gerakan mereka berbeda dengan Israel dan Mesir." (alj/sn/jey)

Dikutip dari eramuslim

10 January 2010

Sejarawan: Tembok Baja Akan Jaga Keamanan Israel

Assalammualaykum,


Inilah bukti dari kekejaman fir'aun pada jaman ini yang dilakukan oleh Pemerintah Mesir terhadap rakyat Gaza....... Semoga Allah memberikan kekuatan dan kesabaran pada rakyat Gaza khususnya dan Palestina pada umumnya


Kairo – Infopalestina: Cendikiawan dan sejarawan Islam Mesir, Thariq Al-Basyiri mengatakan, “Pembangunan tembok baja oleh pemerintah Mesir di perbatasan Gaza akan mengubah negeri itu sebagai penjaga keamanan Israel. Itu justru melanggar keamanan nasional Mesir sendiri.”

Dalam seminar di markas Studi Sosialis di Kairo Rabu lalu (6/12) yang rinciannya dilansir oleh QudsPress, Basyiri menegaskan, seharusnya Mesir menganggap musuh utamanya adalah Israel dan bukan Jalur Gaza yang terblokade. Solusinya, agar Mesir terjaga keamanan nasionalnya dan mencegah penyelundupan senjata melalui perbatasan adalah dengan membuka gerbang perlintasan Rafah dan bukan menutupnya atau membangun tembok baja di sana, tegas Basyiri.

Ia menegaskan, tujuan asasi dari tembok baja itu jelas menjaga keamanan Israel karena semakin ketat blokade di sana. Sejarawan Islam ini tidak menampik adanya tujuan Mesir dalam membangun tembok ini akan semakin mendekatnya Kairo dengan Wsahington agar peralihan kekuasaan kepada anak presiden Mesir, Jamal Mubarak semakin mulus. Ia menegaskan, semua perjanjian di perbatasan selalu berpihak kepada kepentingan penjajah dan menjadikan Otoritas Palestina hanya manusia ompong di wilayahnya sendiri.

Basyiri menilai bentrokan di perbatasan Mesir dan Gaza di Rafah yang menyebabkan satu pasukan Mesir meninggal dan sejumlah warga Palestina luka adalah kesalahan dua pihak. Ia mengkritik konflik Mesir dengan Jalur Gaza.

“Mesir harus tahu siapa musuh hakiki dan mana sahabat. Musuh adalah Israel dan Amerika yang memasuki wilayah Arab dengan 12 perang yang digelar selama 61 tahun. Namun itu hak Mesir dalam kedaulatan terhadap wilayahnya dan keamanannya, namun Basyiri mengkritik adanya masalah ketika sebagian pejabat Mesir bicara soal keamanan negaranya sementara mereka menganggap musuh sebagai teman. (bn-bsyr)

08 January 2010

Haneya Ajak Gelar Pertemuan Langsung Dengan Pejabat Mesir

Gaza-Infopalestina: Perdana menteri Palestina, Ismael Haneya mengajak diadakanya pertemuan langsung dan secepatnya dengan para pejabat Mesir untuk membahas kesepahaman dan pandangan atas hubungan kedua Negara.

Dalam pernyataanya, Haneya menegaskan, Gaza mampu menjaga keamanan bangsa Arab dan Islam termasuk keamanan regional Mesir. Saat menyambut datangnya rombongan Liveline 3 di Rasyad Shawa, Kamis (7/1) Haneya mengatakan, belum pernah Gaza menjadi ancaman bagi keamanan Mesir ataupun melanggar kedaulatan negeri tersebut. Yang mengancam keamanan Mesir dan mengobok-obok kedaulatannya justru Zionis Israel, bukan Gaza, tukasnya.

Ia menembahkan, “Dengan meminta perlindungan pada Allah saya katakan, “Jika tembok beton jadi dibangun maka rakyat Palestina di Gaza juga mempunyai kekuatan baja”, ungkapnya.

Bersamaan dengan pembangunan tembok baja serta perkembangan terakhir yang menimpa komvoi Liveline 3, saya menyerukan untuk digelarnya pertemuan segera dan secara langsung antara Palestina dan para pejabat Mesir untuk mengidentivikasi kesepahaman dan pandangan bagi hubungan kedua Negara, Gaza dan Mesir.

Perdana menteri Haneya menegaskan tekad pemerintahnya untuk tetap melindungi hak-hak rakyat serta perlawanan dalam menghadapi penjajahan hingga terbebasnya Palestina dan diperolehnya hak kembali. Memang tekad ini ada harganya yang harus dibayar berupa darah dan penyiksaan seperti blockade dan tembok baja. Kami telah putuskan untuk hidup dengan mulia atau mati sebagai syuhada. Dan kami tegaskan bahwa sikap seperti ini bukan hanya kata-kata, tetapi secara nyata kami lakukan dalam konfrontasi dengan penjajahan Zionis.

Di sisi lain, Haneya meminta semua pihak untuk menumpahkan segala kemampuan dan sumber daya yang diperlukan untuk mengembalikan rekontruksi Gaza. Ia tegasnya, jutaan dollar yang berhasil dikumpulkan dalam pertemuan Sharm El-Syaikh sedkitpun belum diterima Gaza.

Kepada bangsa Arab dan Islam, Haneya mengungkapkan, “Untuk kalian bangsa Arab dan Islam serta rakyat kami agar terus berjuang dan tetap dalam prinsip, disamping memenuhi dukungan dan solidaritasnya serta membangkitkan segala kemampuan yang ada. Sejak kami menang dalam pemilu yang lalu, kami menghadapi tiga pertempuran sekaligus, dari sisi ekonomi, politik dan militer. Blockade, perang dan agresi yang dialami Gaza disebabkan sikap kami yang memilih demokratisasi untuk rakyat Palestina. Kami juga tidak hanya diblokade tetapi juga diasingkan dari dunia internasional. Hingga saat ini sejumlah anggota parlemen Palestina masih mendekam dalam penjara Zionis.

Terkait dengan Liveline 3 Haneya menegaskan, rombongan Liveline 3 yang dipimpin George Galloway telah mencetak sejarah dan membuka lembaran baru bagi kehidupan rakyat Palestina bahkan dalam perjalanan hidupnya sepanjang tahun. Haneya menganggap Galloway dan rekan-rekanya yang ikut dalam rombongan sebagai bangsa Palestina juga. Karena penduduk asli Palestina adalah mereka yang ikut mengambil beban bangsa ini. Sementara banyak diantara warga Palestina yang berkebangsaan Palestina namun tidak bersikap seperti ini, sebagaimana dilakukan rombongan dari Liveline 3.

Gaza telah bersiap untuk menyambut para pahlawan blockade dalam sejarah perjuangan bangsa Palestina. Semua ungkapan dan penghargaan tidak cukup untuk menggambarkan rasa cinta dan penghormatan serta rasa terima kasih yang setinggi-tingginya kepada rombongan Liveline 3. Walau denga susah payah dan pengorbanan yang begitu besar, akhirnya mereka tiba di Gaza. Untuk itu, Haneya mengumumkan akan menamakan jalan protocol di Gaza dengan nama Liveline  untuk mengabadikan atas peranya dalam pembebasan blockade Gaza dan menorehkan sejarah perjuangan rakyat Palestina. (asy)

1 Syahid dan 6 Luka Akibat Bombardir Isreal di Sejumlah Wilayah Gaza

*-Infopalestina :* Seorang pemuda meninggal syahid dan enam lainya
terluka akibat gempuran roket Zionis ke wilayah terowongan Gaza di
perbatasan sebelah selatan, wilayah Tel Islam dan Shabra, Khanyunus,
Kamis (7/1).

Direktur emergency Muawiyah Husnain dalam pernyataanya kemarin
mengatakan, Mubarak Abu Shaluf dari Rafah meninggal syahid akibat
gempuran roket Zionis yang dilessakan pesawat tempur mereka ke wilayah
terowongan Gaza.

Selain itu, enam warga lainya terluka akibat aksi serupa. Diperkirakan
masih ada beberapa orang lagi masih berada dalam terowongan yang rubuh
akibat gempuran roket Zionis dalam aksinya selama setengah jam kemarin.

Disebutkan, sejumlah pesawat tempur Israel jenis F16 kemarin melessakan
beberapa rudalnya ke wilayah Dahadih, sebelah selatan Shabra. Namun
tidak jelas daerah mana yang menjadi sasaran mereka, cuma terlihat
kepulan asap dari kejauhan akibat bom-bom tersebut.

Sementara itu, di wilayah Qararah, sebelah utara Khanyunus, pesawat
tempur Israel melessakan sejumlah roketnya di sekitar sekolah Al-Ma'ri.
Mereka juga menggempur Tel dekat permukiman raksasa Keuvem. Di wilayah
lain, pesawat tempur Israel membombardir kelompok perlawanan di tengah
kota Gaza. Sebelumnya mereka berputar-putar di atas langit Gaza dengan
terbang sangat rendah dan kadang meninggi. (asy)

01 January 2010

Ulama Al-Azhar Serukan Gelar Konferensi Arab Islam Sikapi Tembok Baja

*Kairo – Infopalestina:* Ulama Al-Azhar mengecam keras keputusan
pemerintah Mesir membangun tembok baja di perbatasannya dengan Jalur
Gaza. Menurut mereka, tindakan itu haram menurut syariat, hukum dan
kemanusiaan sebab ia bertujuan memblokade saudara sendiri di Jalur Gaza,
menutup pintu masuk dan cela bagi warga untuk menekan, menghinakan agar
tunduk kepada agenda Israel – Amerika dan melindungi Israel.

Dalam salinan keterangan yang berisi tandatangan mereka yang diterima
oleh Infopalestina Kamis hari ini (31/12) mereka meminta negara-negara
Arab dan Islam untuk segera menggelar konferensi Islam Arab untuk
mengambil sikap tegas terhadap pembangunan tembok baja dan menentukan
rencana integral secara dimensi politik, ekonomi, media dan militer
untuk membebaskan Jalur Gaza dari blokade.

Ulama Al-Azhar meminta kepada pemerintah Mesir agar menghentikan
pembangunan tembok baja itu dan meminta maaf secara resmi kepada rakyat
Gaza, menghentikan dan melarang ekspor minyak ke Israel, menganulir
kesepakatan perdamaian yang tidak fair, dan menghentikan segala bentuk
normalisasi dengan Israel.

Dalam keterangannya, ulama Al-Azhar menyerukan pentingnya mendukung
jihad dan perlawanan Palestina dalam menghadapi Israel baik secara
materi, spirit, dan media serta menguatkan hubungan dengan mereka, dan
menfasilitasi hubungan resmi pemerintah dan rakyat untuk membuka
perlintasan Jalur Gaza sebagai paru-paru satu-satunya bagi warga Palestina.

Para ulama itu juga menegaskan bahwa tindakan Mesir dan rakyatnya
menjaga rakyat Palestina di Jalur Gaza sama halnya dengan menjaga
keamanan nasional Mesir dan kedaulatannya, bukti keterikatan kuat antara
umat dalam menghadapi musuh Israel. Mereka juga meminta kepada Mesir
untuk mengingat firman Allah (yang maknany) "Sesungguhnya orang-orang
yang beriman itu bersaudara" juga sabda Rasulullah, "Orang muslim itu
saudara muslim lainnya yang tidak mendlaliminya, tidak membiarkannya,
tidak menghinakannya," "Tolonglah saudaramu yang dlalim dan yang terdlalimi"

Mereka yang menandatangani pernyataan di antaranya sebagai berikut;
Syekh Muhammad Abullah Al-Khatib, (ulama Al-Azhar), Syekh Dr. Abdur
Rahman Al-Barr, anggota biro penasehar Jamaah Ikhwanul Muslimin dan guru
besar hadits di Universitas Al-Azhar, dan puluhan ulama lainnya yang
merupakan guru besar di Universitas Al-Azhar. /(bn-bsyr) /

Pakar: Tembok Baja Picu Krisis Lingkungan di Jalur Gaza dan Mesir

*Gaza – Infopalestina: *Seorang pakar Palestina memperingatkan bahaya
tembok baja di perbatasan Jalur Gaza yang akan menimbulkan krisis bagi
warga baik Jalur Gaza sendiri atau di Mesir. Tembok itu bukan hanya
berimbas buruk kepada terowongan bawah tanah namun juga akan menimbulkan
dampak lingkungan dan kesehatan bagi warga di Jalur Gaza selatan.

Guru besar geografi di Universitas Islam Prof. Dr. Naim Barod menegaskan
kepada harian "Palestina" yang terbit hari ini Jumat (1/1) bahwa Mesir
bersama-sama memanfaatkan telaga Gaza – Sinai. Telaga yang selama ini
menampung air hujan dan menyalurkannya. Pembangunan tembok baja ini akan
mempengaruhi suplai air dan penampungannya.

Barod mengisyaratkan, penyerapan air laut secara besar-besaran melalui
pipa yang disalurkan melalui tembok baja sangat tidak layak dimanfaatkan
manusia dan akan memberikan kontanimasi lingkungan di wilayah perbatasan
Mesir Palestina. Selain itu air laut juga akan mengalir ke telaga Gaza –
Sinai sehingga air telaga akan menjadi tidak layak pakai oleh manusia.

Barod mengisyaratkan, air hujan dalam jumlah besar yang diserap oleh
kawasan tersebut tidak lebih dari 250 ribu meter kubik setiap tahunnya.
Air yang ditampung akan lebih sedikit jumlahnya dari air yang disalurkan.

Ia menegaskan, pembangunan tembok baja itu akan menimbulkan kematian
lingkungan baik di Mesir atau Jalur Gaza.

Penggalian dan Longsor

Barod menegaskan bahaya tembok baja bukan sekedar pada polusi air saja
namun juga pada tanah. Sebab peletakan pipa besi dan longsor yang
ditimbulkannya akan berlangsung setiap hari. Sehingga tanah berpasir di
Jalur Gaza akan menjadi labil.

Barod mengkritik bahwa kebijakan Mesir membangun tembok baja itu
dilakukan tanpa pertimbangan dan studi serta kajian dengan pakar
pertanian, pertahanan, dan air atau pakar lingkungan dan hidrologi dalam
pengaruhnya terhadap air penambungan dan air minum.

Ia merujuk bahwa semua itu terjadi karena keputusan itu bersifat politik
dengan intruksi dari Amerika dan Israel sementara Mesir tidak memiliki
kuasa menolak dan menentang.

Jika sudah terjadi polusi air dan tanah di Mesir maka akan berpengaruh
terhadap kehidupan ragam hayati di kawasan. Sebab akan menghilangkan
pepohohan di kawasan tembok sehingga makhluk hidup reptil, buruk dan
serangga akan hilang. Lingkungan juga akan rentan longsor karena tanah
menjadi labil.

Solusi

Soal solusi bagi bangsa Palestina, Barod menegaskan optimismenya bahwa
akan ditemukan solusi menghadapi masalah tembok dan dampaknya. Sebab
kebutuhan mendesak akan menjadikan orang kreatif.

Ia menegaskan, ke depan, Palestina akan mampu menghindar dari pengaruh
tembok baja terutama bagi mereka yang menggunakan terowongan. /(bn-bsyr)/