10 January 2010

Sejarawan: Tembok Baja Akan Jaga Keamanan Israel

Assalammualaykum,


Inilah bukti dari kekejaman fir'aun pada jaman ini yang dilakukan oleh Pemerintah Mesir terhadap rakyat Gaza....... Semoga Allah memberikan kekuatan dan kesabaran pada rakyat Gaza khususnya dan Palestina pada umumnya


Kairo – Infopalestina: Cendikiawan dan sejarawan Islam Mesir, Thariq Al-Basyiri mengatakan, “Pembangunan tembok baja oleh pemerintah Mesir di perbatasan Gaza akan mengubah negeri itu sebagai penjaga keamanan Israel. Itu justru melanggar keamanan nasional Mesir sendiri.”

Dalam seminar di markas Studi Sosialis di Kairo Rabu lalu (6/12) yang rinciannya dilansir oleh QudsPress, Basyiri menegaskan, seharusnya Mesir menganggap musuh utamanya adalah Israel dan bukan Jalur Gaza yang terblokade. Solusinya, agar Mesir terjaga keamanan nasionalnya dan mencegah penyelundupan senjata melalui perbatasan adalah dengan membuka gerbang perlintasan Rafah dan bukan menutupnya atau membangun tembok baja di sana, tegas Basyiri.

Ia menegaskan, tujuan asasi dari tembok baja itu jelas menjaga keamanan Israel karena semakin ketat blokade di sana. Sejarawan Islam ini tidak menampik adanya tujuan Mesir dalam membangun tembok ini akan semakin mendekatnya Kairo dengan Wsahington agar peralihan kekuasaan kepada anak presiden Mesir, Jamal Mubarak semakin mulus. Ia menegaskan, semua perjanjian di perbatasan selalu berpihak kepada kepentingan penjajah dan menjadikan Otoritas Palestina hanya manusia ompong di wilayahnya sendiri.

Basyiri menilai bentrokan di perbatasan Mesir dan Gaza di Rafah yang menyebabkan satu pasukan Mesir meninggal dan sejumlah warga Palestina luka adalah kesalahan dua pihak. Ia mengkritik konflik Mesir dengan Jalur Gaza.

“Mesir harus tahu siapa musuh hakiki dan mana sahabat. Musuh adalah Israel dan Amerika yang memasuki wilayah Arab dengan 12 perang yang digelar selama 61 tahun. Namun itu hak Mesir dalam kedaulatan terhadap wilayahnya dan keamanannya, namun Basyiri mengkritik adanya masalah ketika sebagian pejabat Mesir bicara soal keamanan negaranya sementara mereka menganggap musuh sebagai teman. (bn-bsyr)