30 October 2006

Wudhu Bathin

Tersebutlah seorang ahli ibadah bernama Isam bin Yusuf. Ia terkenal
wara', tangguh dalam ibadah dan sangat khusyuk shalatnya. Namun dia
selalu khawatir kalau ibadahnya tidak diterima Allah.

Suatu hari Isam menghadiri pengajian seorang sufi terkenal bernama Hatim
Al Asham. Isam bertanya, Wahai Aba Abdurrahman (panggilan Hatim),
bagaimanakah cara Anda shalat?

Apabila masuk waktu shalat, saya berwudhu secara lahir dan batin, jawab
Hatim. Bagaimana wudhu batin itu? tanya Isam kembali.

Wudhu lahir adalah membasuh semua anggota wudhu dengan air. Sedangkan
wudhu batin adalah membasuh anggota badan dengan tujuh perkara. Yaitu,
dengan tobat, menyesali dosa, membersihkan diri dari cinta dunia, tidak
mencari dan mengharapkan pujian dari manusia, meninggalkan sifat
bermegah-megahan, menjauhi khianat dan menipu, serta meninggalkan
dengki, papar Hatim.

Ia melanjutkan, Setelah itu aku pergi ke masjid, kuhadapkan muka dan
hatiku ke arah kiblat. Aku berdiri dengan penuh rasa malu. Aku bayangkan
Allah ada di hadapanku, surga di sebelah kananku, neraka di sebelah
kiriku, malaikat maut berada di belakangku. Aku bayangkan pula
seolah-olah aku berdiri di atas titian Shirathal Mustaqiim dan aku
menganggap shalatku ini adalah shalat terakhir bagiku. Kemudian aku
berniat dan bertakbir dengan baik. Setiap bacaan dan doa dalam shalat
berusaha aku pahami maknanya. Aku pun rukuk dan sujud dengan mengecilkan
diri sekecil-kecilnya di hadapan Allah. Aku bertasyahud (tahiyyat)
dengan penuh pengharapan dan aku memberi salam dengan ikhlas. Seperti
itulah shalat yang aku lakukan dalam 30 tahun terakhir.

Mendengar paparan tersebut, Isam bin Yusuf tertunduk lesu dan menangis
tersedu-sedu membayangkan ibadahnya yang tak seberapa bila dibandingkan
Hatim Al Asham.

Wudhu dan penghapusan dosa

Jangan sepelekan wudhu. Inilah pesan tersirat yang disampaikan Hatim Al
Asham. Mengapa? Shalat dan wudhu adalah satu kesatuan, bagaikan dua sisi
mata uang. Tidak akan berkualitas shalat seseorang bila wudhunya tidak
berkualitas. Pun tidak akan diterima shalat bila tidak diawali wudhu.
Melalaikan wudhu sama artinya dengan melalaikan shalat. Wudhu adalah
prosesi ibadah yang dipersiapkan untuk mensucikan diri agar mampu
melakukan komunikasi Dzat Yang Mahasuci.

Karena itu, menyempurnakan wudhu adalah sebuah keutamaan sekaligus
keharusan. Saat seseorang berwudhu kemudian membaguskan wudhunya dan
mengerjakan shalat dua rakaat, di mana ia tidak berbicara dengan dirinya
dalam berwudhu dan shalatnya tentang hal duniawi, niscaya keluarlah ia
dari segala dosanya, seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya. Demikian
sabda Rasulullah SAW dari Utsman bin Affan
(HR Bukhari Muslim).

Kata "membaguskan wudhu" dalam hadis ini jangan sekadar dipahami
membasuh anggota-anggota badan tertentu secara merata. Namun ada yang
lebih penting, yaitu membasuh, membersihkan dan mensucikan organ-organ
batin dari keburukan dan dosa sambil terus berzikir kepada Allah. Inilah
yang dikatakan wudhu batiniah. Wudhu yang akan membuat shalat kita ada
ruh-nya.

Tampaknya hadis ini memiliki korelasi kuat dengan hadis yang disampaikan
Utsman bin Affan lainnya. Rasulullah SAW bersabda, Bila seorang Muslim
berwudhu, ketika membasuh muka, maka keluar dari wajahnya dosa-dosa yang
pernah dilakukan matanya bersama tetesan air yang terakhir. Ketika
membasuh kedua tangannya, maka keluarlah setiap dosa yang pernah
dilakukan tangannya bersama tetesan air yang terakhir. Ketika membasuh
kakinya, maka keluarlah dosa yang dijalani oleh kakinya bersama tetesan
air yang terakhir, sampai ia bersih dari semua dosa. (HR Muslim).

Pengampunan dosa ini akan sulit terwujud dalam wudhu, andai hati lalai
dari mengingat Allah. Rasulullah SAW menegaskan, Barangsiapa mengingat
Allah ketika wudhu, niscaya Allah sucikan tubuhnya secara keseluruhan.
Dan barangsiapa tidak mengingat Allah, niscaya tidak disucikan oleh
Allah dari tubuhnya selain yang terkena air saja. (HR Abdul Razaq Filjam
Ishaghir).

Sebenarnya, kata kunci untuk mensinkronkan wudhu lahir dan wudhu batin
adalah kesadaran atau niat yang tulus. Kita sadar apa yang sedang kita
lakukan. Sadar bahwa wudhu adalah prosesi pembersihan diri. Sadar bahwa
wudhu adalah sarana untuk taqarrub ilallah. Sadar bahwa setiap basuhan
air wudhu akan menggugurkan dosa-dosa. Intinya kita sadar akan hakikat
dan keutamaan wudhu serta memahami tatacaranya seperti yang dicontohkan
Rasulullah SAW.

Adanya kesadaran akan melahirkan ketersambungan hati dengan Allah SWT.
Saat berkumur-kumur misalnya, sadari dan niatkan bahwa air yang masuk ke
mulut bukan sekadar membersihkan kotoran lahir, tapi juga dosa-dosa yang
pernah terucap lewat lisan. Demikian pula saat mencuci telapak tangan,
membersihkan lubang hidung, membasuh muka, membasuh tangan sampai siku,
dsb. Niatkan sebagai sarana pembersihan dosa yang ada pada bagian-bagian
tubuh tersebut.

Wudhu sebelum tidur

Aktivitas wudhu, sebetulnya tidak terbatas hanya ketika akan shalat.
Setiap saat memiliki wudhu adalah sebuah keutamaan. Sebab dengan selalu
menjaga wudhu, seseorang akan lebih terjaga perilaku serta kesehatan
fisik dan jiwanya. Salah satunya menjelang tidur. Dari Al Bara' bin
'Azid, Rasulullah SAW bersabda, Kapan pun engkau hendak tidur
berwudhulah terlebih dahulu sebagaimana engkau hendak mengerjakan
shalat, berbaringlah dengan menghadap ke arah kanan dan berdoalah (HR
Bukhari). Hikmahnya, mengawali tidur dengan wudhu dan berzikir akan
membuat tidur kita bernilai ibadah dan dicatat sebagai aktivitas dzikir.

Seorang ahli kesehatan mengungkapkan, bila sebelum tidur kita berwudhu
dan meminum sepertiga gelas air putih, maka akan terjadi proses
grounding dan netralisasi muatan negatif dalam tubuh. Hasilnya kita akan
tidur tenang dalam pelukan cinta dan rahmat Allah. Bila kita berzikir
dan memuji Allah sebelum tidur, maka memori kita yang
terdalam akan merekam dengan baik ikrar cinta kita kepada Allah SWT.

Wudhu menjelang tidur, akan mendekatkan seseorang kepada surga. Rasul
pernah memvonis seseorang sebagai ahli surga. Para sahabat penasaran.
Apa gerangan yang membuat orang tersebut dimuliakan sedemikian rupa.
Setelah diselidiki, ternyata sebelum tidur ia selalu berwudhu. Ia
bersihkan anggota badannya dari najis. Dan sebelum mata terpejam, ia
bersihkan hatinya dari iri, dengki, dendam, serta kebencian. Ia lupakan
pula keburukan orang lain kepadanya, sehingga hatinya benar-benar
lapang.

Demikianlah, bagi seorang Mukmin, wudhu adalah pembersih di dunia dan
perhiasan indah pada Hari Kiamat (HR Muslim).
Wallaahu a'lam.***