13 January 2010

Raed Salah: 2010 Tahun Kritis Bagi Al Quds dan Al Aqsha

Ketua Gerakan Islam di wilayah Palestina yang diduduki Zionis tahun
1948, Syekh Raed Salah, menolak keputusan pemerintah penjajah Israel
yang melarangnya memasuki kota Al Quds selama enam bulan.

Dia mengingatkan bahwa eskalasi keputusan pengusiran yang dikeluarkan
penjajah Israel terhadap para pembela kota Al Quds dan Masjid Al Aqsha
akan membuat tahun 2010 menjadi tahun kritis, gawat dan sangat
menentukan bagi nasib kota Al Quds dan masjid Al Aqsha masa kini dan
masa depan.

Hari Senin (11/1) yang lalu, Syekh Raed Salah menerima surat perintah
militer yang intinya melarang dirinya memasuki seluruh kota Al Quds
selama enam bulan. Surat perintah itu dilampiri peta berwarna yang
menjelaskan batas-batas wilayah yang dilarang dimasuki. Surat perintah
itu diserahkan hanya beberapa jam sebelum berakhirnya surat perintah
sebelumnya yang melarang Syekh Salah memasuki kota Al Quds selama tiga
minggu. Surat perintah militer yang baru ini menyatakan bahwa penjajah
Israel bermaksud memperpanjang larangan untuk periode enam bulan.

Mengomentari keputusan pengusiran dirinya dari Al Quds, Syekh Salah
mengatakan, "Kami akan tetap mempertahankan hak tetap kami untuk
memasuki kota Al Quds setiap saat tanpa izin dari siapa pun." Dia
memperingatkan bahwa "bukti-bukti yang dikumpulkan menegaskan bagi semua
orang yang berakal bahwa 2010 akan menjadi tahun kritis, gawat dan
sangat menentukan nasib kota Al Quds dan masjid Al Aqsha masa kini dan
masa depan. Terutama jika dikaitkan perintah-perintah penjajah yang
batil ini dengan serangan-serangan dan permusuhan penjajah, yang hari
ini menginginkan yahudisasi kota Al Quds dan melanjutkan rencana
destruktifnya terhadap Masjid Al Aqsha."

Dalam pernyataan sebelumnya Syekh Salah mengatakan dia "mengkhawatirkan
Al Aqsha akibat kebijakan gila Benjamin Netanyahu, perdana menteri
Israel ." Menurut para pakar hukum Palestina, langkah Israel yang
terus-menerus menerapkan kebijakan pendeportasian dan pengusiran, yang
mulai muncul pada tahun 2007 dan meningkat pada tahun 2009, memberikan
peringatan bahwa penjajah sedang mencoba mengosongkan sekitar Al Aqsha
dan Al Quds dari para pembelanya, sebagai langkah pendahuluan untuk
melaksanakan rencana-rencananya di sana, baik itu yahudisasi Al Quds,
penghancuran masjid Al Aqsha dan pembangunan kuil yang mereka klaim
sebagai gantinya, atau membaginya (Al Aqsha) antara orang Yahudi dan
Palestina.

Sementara itu, pengacara Zahi Nujidat, juru bicara Gerakan Islam di
wilayah Palestina 1948, dalam sebuah pernyataannya mengatakan,
"Keputusan penjajah Israel yang memperpanjang perintah militer yang
melarang Syekh Raed Salah, ketua Gerakan Islam, untuk memasuki kota Al
Quds, tidak lain adalah sebuah refleksi ketidakadilan yang terus
dilakukan (Zionis)."

Nujidat mengatakan, "Keputusan Israel itu batil. Karena kehadiran
penjajah di Al Quds adalah batil. Dan apa yang dibangun di atas
kebatilan adalah batil. Dari sini kami katakan, Syekh Raed Salah berhak
untuk memasuki kota Al Quds ketika kapan dia mau."

Dalam kalimat yang ditujukan kepada penjajah Israel , Nujidat
mengatakan, "Ketahuilah bahwa perintah militer kalian dan pengadilan
boneka kalian tidak akan membuat kami gentar dan tidak akan bisa
mencegah kami untuk terus berhubungan dengan Al Quds, masjid Al Aqsha
dan warga kami di Al Quds."

Sementara dalam kalimat yang ditujukan kepada umat Islam dan dunia Arab,
Nujidat meminta mereka agar tetap mengikuti perkembangan yang terjadi di
Al Quds dan Al Aqsha dan membela keduanya.

Tahun lalu kita menyaksikan eskalasi serangan Israel di kota Al Quds dan
masjid Al Aqsha dalam cara-cara yang belum pernah terjadi sejak
pendudukan tahun 1967. Hal inilah yang mendorong beberapa organisasi HAM
Palestina menyerukan umat Islam menentang dan melawan rencana yahudisasi
yang dilakukan Zionis Israel . (iol/wrs/fn)

Sumber Eramuslim