13 January 2010

Mish'al: Kami tidak berada di saku Iran atau Suriah! (wawancara)

*Manamah – infopalestina*; -Kedatangan Kepala Biro Politik Hamas, Khalid
Mish'al ke Bahrain untuk menemui Raja Syeikh Hamd bin Isa al-Khalifah
sangat mengejutkan semua pihak, baik politikus maupun para wartawan.
Karena orang ini sangat hati-hati dan menyembunyikan pergerakan serta
perpindahannya dari satu tempat ke tempat lain karena persoalan keamanan
semata. Kalau tidak demikian akan membahayakan dirinya, karena ia salah
satu orang yang akan diancam bunuh oleh pihak 'Israel'. Kita masih ingat
upaya pembunuhan Mish'al pada tahun 1997 yang dilakukan oleh antek-antek
Mossad. Upaya pembunuhan yang gagal itu mengakibatkan mendiang Raja
Yordania, Raja Husein marah besar dan memaksa pelakunya harus mengobati
korbannya hingga sembuh.

Jadwal acara kunjungan ini juga "rahasia" jauh dari pantauan media
massa. Tak ada ceramah dan konfrensi pers yang digelar. Sampai media
lokal juga susah untuk mengadakan wawancara dengan Mish'al walaupun ada
isyarat untuk itu. Hanya harian /al-Rai/ Kuwait yang bisa memperoleh
kesempatan tersebut.

Seperti biasanya, Mish'al menyambut kami sebagai wartawan dengan senyum
yang ramah. Wawancara "panas" dengan beliau dilakukan di tengah malam,
bersamaan waktu sahur bersama hidangan ala kadarnya di lemari es yang
ada di kamarnya.

Kami berbicara dengan orang yang tahu betul seluk beluk gerakan Hamas
yang kini menguasai Jalur Gaza dan kemungkinan di hari-hari mendatang
akan bentuk hubungannya dengan Otoritas Palestina (OP), Arab,
negara-negara di wilayah Timur Tengah dan dunia internasional.

Mish'al menegaskan bahwa "Pihak-pihak media Palestina berupaya
memperburuk citra kami dan negara-negara yang berperan menjadi mediator
mulai mengungkap sebuah fakta." "Yang penting buat kami adalah
terwujudnya kemaslahatan," lanjutnya sambil menekankan bahwa "Pencarian
semua kasus tanpa ada unsur dendam adalah cukup untuk membuktikan hal itu."

Menjawab sebuah pertanyaan, Mish'al menyatakan bahwa "Siapa yang ingin
menghormati legalitas kepala OP, maka ia harus juga menghormati
legalitas dewan legislatif." Dari sisi lain, Kepala Biro Politik Hamas
ini menegaskan "Kami tidak berada di saku Suriah ataupun Iran, kami
tidak menerima siapapun yang mencampuri urusan dalam negeri kami." "Bagi
Hamas siapa yang menang dalam pemilu presiden nanti tidak menjadi soal.
Walau demikian, kami siap berinteraksi dengan perubahan obyektif dalam
politik Amerika yang menghormati kehendak bangsa di wilayah Timur Tengah
dan memperkecil keberpihakannya kepada Zionis 'Israel'," tegas Mish'al
kembali. Berikut teks wawancara secara lengkap:

Hari ini Anda berkunjung ke Bahrain, dan sebelumnya ke sejumlah negara
Arab lainnya, misi apa yang ingin Anda sampaikan kepada para pemimpin
Arab yang Anda temui tersebut?

Pertama, kami sangat konsen dengan melakukan kontak dan interaksi di
level pimpinan Arab, dunia Islam dan dunia internasional. Adapun
persoalan yang kami bahas disini (Manamah), dan mayoritas dalam
kunjungan kami di negara-negara Arab lainnya, mencakup banyak masalah,
khususnya mengenai blokade Gaza dan bagaimana cara membebaskannya.
Persoalan rekonsiliasi nasional juga kita bahas. Terus terang, dari hari
ke hari, kami menemukan upaya penyesatan oleh sebagian pihak tentang
sikap Hamas yang sebenarnya tentang rekonsiliasi Palestina. Dengan
interaksi ini, kami ingin berupaya meluruskan kondisi dan mengungkap
fakta kepada saudara-saudara Arab. Terutama setelah pembicaraan yang
terjadi di tengah-tengah konfrensi menteri luar negeri Arab dan tudingan
ke sebagian orang Palestina sebagai pihak yang bertanggungjawab atas apa
yang tengah terjad di internal Palestina. Oleh karena itu, kami berupaya
mempertegas sikap kami kepada semua pihak bahwa kami bersama
rekonsiliasi Palestina hakiki berikut tuntutan-tuntutannya.

Kami juga berdiskusi dengan mereka (pemimpin Arab) tentang perundingan
damai antara Palestina dan 'Israel' dengan menekankan pada pengungkapan
sikap 'Israel' yang sebenarnya. Semua janji dan pernyataan-pernyataan
sumbang yang diperdengarkan kepada orang-orang Arab, mengandung tipu
muslihat semata. 'Israel' secara terang-terangan menolak berkompromi
dengan empat agenda utama dalam perundingan. Empat agenda itu adalah
masalah status kota Al-Quds, hak kembali, pembongkaran permukiman Yahudi
dan penarikan pasukan dari wilayah-wilayah yang Yahudi jajah tahun 1967.
Kami sampaikan kepada mereka dengan angka secara rinci. Realitanya,
'Israel' jika menerima usulan pertukaran tawanan maka 50% luas Tepi
Barat dibawah kontrolnya. Ini sangat bahaya sekali.

Kami sangat yakin bahwa saudara-saudara Arab tidak akan memberikan
payung apapun untuk perundingan yang melanggar hak dan pondasi nasional.
Tak ada satupun seorang pemimpin Palestina yang bisa memberikan payung
untuk perundingan seperti ini. Sementara di pihak kami, kami tidak akan
menerima apapun perundingan yang bertentangan dengan apa yang sudah
disepakati dan setujui oleh para faksi dalam dokumen konsensus nasional.

OP dibawah pimpinan Mahmud Abbas biasanya berhasil dalam merangkul dan
menyatukan sikap politik resmi pemimpin Arab untuk berpihak kepadanya,
begitu juga sikap Liga Arab yang terakhir. Anda selalu mengartikan itu
semua sebagai sebuah tekanan dari Amerika. Namun pada akhirnya, inilah
realita. Menurut Anda apakah gerakan Anda bisa menghadapi realita tersebut?

Kami tidak menilai bahwa pimpinan OP bisa menggiring pemimpin Arab
kepada sikapnya. Begitu juga tidak semua sikap Arab satu, beragam.
Bangsa Arab, seperti yang Anda ketahui adalah terdiri dari banyak negara
dan kebijakan yang bermacam-macam. Kami selalu mengadakan kontak dengan
negara-negara Arab itu. Dan sudah barang tentu negara-negara Arab ini
mendengarkan dari kami dan dari orang lain. Kami juga tidak memungkiri
banyaknya pengaruh, tapi persoalannya, pada akhirnya, tidak tertumpuh
pada faktor penekan satu saja. Kami memiliki sejumlah catatan dan
kecaman atas beberapa pernyataan Arab yang dikeluarkan sambil menuding
orang-orang Palestina sebagai yang bertanggungjawab. Kami carikan jalan
keluar dari masalah ini dengan melakukan kontak hubungan dengan orang
lain dan menampilkan pandangan yang kami usung dalam persoalan
rekonsiliasi. Menurut keyakinan saya, negara-negara Arab yang masuk
dalam garis rekonsiliasi sejak setahun ini, mengetahui sikap Hamas yang
sebenarnya dari rekonsiliasi ini. Mereka tahu bahwa Hamas lah yang
membuka pintu rekonsiliasi dan mendorong negara-negara tersebut untuk
mengupayakan secara sungguh-sungguh dan menjadi mediator dalam masalah ini.

Negara-negara ini juga tahu benar siapa penyebab utama yang ingin
menjegal rekonsiliasi, baik faktor eksternal maupun internal. Maka
dengan itu, kami tidak terlalu was-was akan karakter dari sikap pemimpin
Arab. Terus terang, saya terus melakukan kontak hubungan dengan para
pemimpin dan pejabat Arab. Gambarannya tidak seperti yang digambarkan
oleh media massa dengan menggambarkan bahwa sejumlah pimpinan OP
berhasil menggaet sikap pemimpin Arab. Ini hanya sebatas keinginan
sebagian dari mereka. Hari-hari ini, menurut keyakinan saya, kesadaran
semua orang sangat tinggi dan mulai tahu fakta yang sebenarnya. Walaupun
tidak harus dinyatakan dengan pernyataan yang transparan. Walau
demikian, kami tidak cukup berhenti di masalah-masalah ini saja. Karena
pada akhirnya yang kami inginkan hanya satu saja yaitu tercapainya
dialog nasional, terwujudnya rekonsiliasi dan persatuan nasional serta
melangkah jalan ini secara serius. Hamas, sejak Juni 2007 telah
menyatakan kesiapan dan persiapan untuk itu. Jika ada pihak lain yang
sudah matang dan siap, maka mereka akan mendapatkan kami siap memberikan
berbagai harapan. Tapi dengan syarat rekonsiliasi ini sungguh-sungguh
dan tidak main-main yang mencakup semua agenda dan tuntutan Palestina
agar kita bisa merealisasikan islah yang sebenarnya antara Fatah dan
Hamas hingga sampai kepada semua faksi perlawanan Palestina lainnya.

Bagaimana Anda akan menghadapi sikap negara-negara Arab seperti
Yordania, Mesir dan Arab Saudi yang secara terang-terangan mendukung
legalitas Abbas. Anda juga tentu tahu bahwa tak ada islah yang bisa
direalisasikan kecuali mendapatkan ketok palu dari negara-negara tersebut?

Kami di Hamas tidak mempermasalahkan tentang legalitas kepemimpinan
Abbas di OP selama itu dihasilkan dari hasil pemilu. Bagi kami tidak ada
masalah jika negara-negara Arab tadi bersama pimpinan OP. Tapi apa yang
selalu kami sampaikan kepada negara-negara dan kami ulang-ulangi sejak
setahun lalu, bahwa harus diperhatikan interaksi dengan semua
lembaga-lembaga legal Palestina. Seperti kepala OP yang dipilih itu
legal, begitu juga DPR Palestina legal. Hal yang sama berlaku pada
setiap lembaga dan jabatan politik Palestina yang legalitasnya
bergantung pada pemilihan dan hukum yang berlaku, maka semua pihak harus
menghormatinya.

Kemudian tidak benar bahwa ketiga negara Arab yang Anda sebutkan tadi
memblok kepada salah satu pihak dan tidak menerima pihak yang lain.
Negara-negara Arab tadi berikut yang lainnya tidak semuanya pada sikap
yang satu. Disana banyak sikap yang berbeda antara negara satu dengan
lainnya. Kami menghormati setiap sikap yang ada walaupun kami berbeda
dengannya. Juga, negara-negara itu berhak menentukan kebijakannya
masing-masing. Jika kita sampai pada titik rekonsiliasi yang hakiki,
orang-orang Arab itu akan tahu siapa yang sebenarnya bersama
rekonsiliasi dan siapa yang melawannya. Walau demikian saya tetap
berharap agar rekonsiliasi ini berhasil dan semua pihak menganggapnya
positif. Kami selalu merespon dengan semua upaya Arab yang serius dalam
soal rekonsiliasi ini. Kami tanda-tangani kesepakatan Kairo tahun 2005,
di Mekkah tahun 2007 dan di San'a tahun 2008, sebagaimana yang kami
lakukan sebelumnya. Hari yang akan datang kami akan terus melanjutkan
dalam mensukseskan rekonsiliasi Palestina ini. Inilah tujuan kami jauh
dari semua intrik-intrik yang lain.

Pembicaraan Anda tentang lembaga-lembaga formal mengingatkan saya dengan
"pembantaian" yang terjadi dan yang akan terjadi pada UUD dalam situasi
perpecahan antara Gaza dan Ramallah dimana masing-masing pihak
menafsirkan hukum sesuai kehendaknya sendiri-sendiri. Dimulai dari
legalitas pembentukan pemerintahan hingga ke konstitusional perpanjangan
masa kekuasaan kepala OP dan pembubaran DPR serta yang lainnya. Bentuk
perundingan hukum apa bagi perbedaan-perbedaan seperti itu berikut
hasil-hasilnya jika nanti Anda duduk bersama di meja perundingan?

Sesuai jabatan, tanggungjawab dan keyakinan saya bahwa perlu sekali
fokus pada hal yang nampak dan terlihat. Saya tidak peduli dengan
rincian-rincian yang ada di dalam masalah ini atau masalah lainnya. Bagi
saya yang paling mendasar adalah dua masalah, pertama UUD Palestina
harus dihormati dimana setiap orang tidak keluar dari koridor ini
walaupun memiliki interpretasi masing-masing. Pada akhirnya disana ada
UUD, maka semua pihak harus menghormatinya dan komitmen menjalankannya
karena ia sebagai hakim antara semua elemen masyarakat Palestina. Jika
tidak, maka akan terjadi kekacauan. Kedua, untuk solusinya di tanah
Palestina harus berdasarkan pada kaidah rekonsiliasi dan konsensus
nasional. Dengan itu, semua masalah akan berjalan dengan baik. Tanpa
itu, kita akan terjerumus dalam tarik ulur dan kekacauan yang akan
berakibat negatif bagi bangsa dan rakyat Palestina itu sendiri.

*Hamas dan Iran*

Sejumlah pihak di Palestina, bahkan negara-negara Arab, menuduh Anda
condong kepada politik Iran di wilayah Timur Tengah ini sebagai imbalan
atas bantuan politik dan dana yang diberikan kepada gerakan Anda, apa
komentar Anda?

Hubungan kami dengan Iran bukan berdasarkan pada hubungan antar
negara-negara Arab. Hamas, sejak berdiri tahun 1987 tetap menjaga
hubungan baik dengan semua negara Arab. Dalam waktu singkat hubungan
baik itu terjadi antara kami dengan Kuwait, Iraq, Arab Saudi, Sudan,
Yaman, Afrika bagian utara, negara-negara Teluk, Suriah dan Iran.
Negara-negara ini sangat menjaga untuk menjauhi bentuk-bentuk negatif
yang negara lain sempat terjebak didalamnya, seperti memblok atau campur
tangan dalam soal orbit. Semua pihak menyaksikan bahwa mereka tidak
pernah campur tangan dalam krisis-krisis Arab, ataupun dalam problem
dengan negara Arab manapun, baik negara itu sebagai teman ataupun lawan.
Saya katakan lawannya karena Hamas tidak memusuhi siapapun. Kami terus
akan mengetuk pintu semua saudara Arab karena dorongan emosional Arab.
Tapi apa yang akan bisa kami lakukan jika sebagian negara tersebut ada
yang tidak menyambut ketukan kami itu. Seperti pepatah Mesir yang
mengatakan;"Cinta itu tidak datang dari satu pihak saja."

Gerakan Hamas, seperti mereka tidak ikut campur tangan orang lain,
gerakan ini juga tidak mengizinkan kepada siapapun untuk campur tangan
dalam urusannya. Dan menurut keyakinan saya, negara-negara Arab itu
termasuk pihak yang lebih tahu tentang hal itu. Hamas, walaupun memiliki
hubungan erat dengan Iran namun tidak berada di sakunya. Begitu juga,
Hamas tidak berada di dalam saku Suriah. Hubungan kami tetap berjalan
dengan semua pihak berdasarkan pada kaidah saling menghormati. Kami
terus menjaga keseimbangannya dan keseimbangan regional wilayah Timur
Tengah serta kemaslahatan bangsa Arab secara menyeluruh. /(AMRais/