10 March 2010

Israel Ketakutan Terjadinya Intifadhah Ketiga

Zionis Israel ketakutan akan terjadinya Intifadhah ketiga, akibat dari
kemarahan umat Islam yang dilatar belakangi oleh upaya yahudisasi mereka
terhadap tempat-tempat suci umat Islam.

Ketakutan tersebut semakin besar setelah adanya reaksi kemarahan rakyat
Palestina akibat dimasukkannya masjid Ibrahimi di Hebron dan masjid
Bilal bin Rabah di Betlehem dalam daftar situs warisan Yahudi serta
penodaan berulang-ulang yang dilakukan Israel terhadap masjid Al-Aqsha.

Surat kabar Haaretz hari ini (9/3) mengungkapkan bahwa menurut sumber
Palestina, Israel telah mengirimkan pesan kepada presiden otoritas
Palestina Mahmud Abbas, memperingatkan akan meluasnya demonstrasi dan
bentrokan yang terjadi di Tepi Barat, dan meminta Abbas untuk
mengendalikan situasi tersebut.

Sebelumnya pada bulan Desember 2009 lalu, pimpinan Shin Bet Yuval Diskin
telah mengatakan kepada Knesset bahwa Intifadhah ketiga akan terjadi
hanya jika terjadi sesuatu yang besar seperti terjadi pemboman terhadap
masjid-masjid bersejarah umat Islam Palestina.

Menurut Haaretz dalam edisi hari ini melaporkan bahwa Israel akan
melakukan serangan ke wilayah-wilayah "A" dari kedaulatan Palestina jika
Ababs tidak segera mengatasi dan membatasi demonstrasi publik dan
menghentikan "hasutan" yang terjadi.

Haaretz mencatat bahwa aparat keamanan Israel takut akan terjadinya
intifadhah ketiga, meskipun tidak secara langsung menyatakan hal
tersebut, bagaimanapun mereka khawatir akan hilangnya kontrol di Tepi
Barat."

Dalam editorialnya Haaretz memperingatkan pemerintah Israel untuk
menunda kebijakan mereka memasukkan situs-situs suci umat Islam, dan
mencatat akan terjadinya risiko erosi status negara Israel yang akan
menjadi indikator pecahnya intifadhah ketiga.

Dimulainya proses politik merupakan kebutuhan penting untuk mencegah
penurunan terjadinya gelombang baru kekerasan, dan menyerukan pemerintah
Benjamin Netanyahu untuk meyakinkan "orang-orang Israel" dari niatnya
untuk menghentikan gerakan "akrobat" mereka, dan segera berurusan dengan
negosiasi yang serius. (eramuslim)